Sunday, January 04, 2009

Keracunan Gas Karbon Monoksida (CO)



Beberapa kasus keracunan gas karbon monoksida atau carbon monoxide (CO) yang terjadi belakangan ini mendorong saya untuk mencari informasi lebih detail mengapa gas karbon monoksida dapat menyebabkan kematian bila terhirup dalam jumlah tertentu. Harapannya, kita bisa menghindarinya tentu.

Sebut saja satu kasus di tahun 2008 yang lalu. Beberapa orang ulama wafat di dalam mobil yang mereka tumpangi ketika mereka menunggu di dalam mobil dengan AC tetap hidup (Pikiran Rakyat, Bandung).

Dilihat dari sifat fisikanya, gas karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Gas CO utamanya dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna dari minyak tanah, bensin, solar, batu bara, LPG atau kayu. Pembakaran tidak sempurna memang sangat mungkin terjadi. Secara teoritis ini terjadi salah satunya adalah karena kekurangan gas oksigen (udara) untuk proses pembakarannya.

Di rumah bisa kita jumpai sumber gas CO, diantaranya kompor minyak tanah, kompor gas, pemanas air, perapian, pemanas ruangan dan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor (mobil) adalah penyebab utama terjadinya keracunan gas karbon monoksida.

Keracunan Gas Carbon Monoksida

Lalu mengapa keracunan gas karbon monoksida dapat menyebabkan kematian? Ketika gas karbon monoksida terhirup, ia masuk ke paru-paru lalu masuk ke dalam molekul hemoglobin dalam sel darah merah. Karbon monoksida terikat pada hemoglobin dan memiliki kecenderungan yang sama dengan oksigen.Lalu terbentuklah carboxy hemoglobin.

Carboxy hemoglobin menghambat masuknya oksigen ke dalam molekul hemoglobin dan menghambat kemampuan penukaran gas dari sel darah merah. Akibatnya, tubuh kekurangan oksigen yang menyebabkan kerusakan jaringan dan kematian.

Menghindari Keracunan Gas Karbon Monoksida

Karena sifatnya yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna, sangat sulit untuk mengenali munculnya gas karbon monoksida di sekitar kita. Gejala yang muncul ketika terjadi keracunan gas karbon monoksida pada konsentrasi rendah umumnya adalah serupa dengan gejala flu, seperti kepala pusing, pernafasan yang terganggu dan sedikit rasa mual. Bila gejala tersebut muncul secara tiba-tiba dan terdapat sumber gas karbon monoksida di dekat kita, segeralah cari udara segar atau keluar dari ruangan.

Akan tetapi dari kasus kematian akibat keracunan gas karbon monoksida orang umumnya tidak sadar akan gejala ini. Yang paling tepat adalah dengan memasang detektor karbon monoksida. Detektor akan mendeteksi keberadaan gas karbon monoksida pada tingkat tertentu dalam sebuah ruangan atau kendaraan dan memberi peringatan berupa suara alarm kepada kita.

Namun sampai saat ini, detektor karbon monoksida belum begitu populer di Negara kita. Padahal harga detektor karbon monoksida tidak termasuk mahal. Dari beberapa situs yang saya kunjungi, detektor karbon monoksida ditawarkan mulai harga $2.9 atau sekitar Rp. 30,000. Anda bisa mengecek harganya di sini.

Nah, bagi anda yang ingin mempelajari lebih jauh mengenai gas karbon monoksida, saya sarankan untuk membaca MSDS-nya. Anda bisa mencarinya di MSDS page.

No comments: